5 mins read

Sinopsis Film Munkar, Kisah Menyeramkan Seorang Santriwati Ingin Balas Dendam Terhadap Temannya Yang Ada di Pondok Pesantren

Poster film Munkar. Doc. Kir

Munkar adalah film horor Indonesia yang dirilis pada tahun 2024, disutradarai oleh Anggy Umbara dan diproduksi oleh MD Pictures serta Pichouse Films. Film ini mengangkat tema perundungan (bullying) di lingkungan pesantren dan konsekuensi tragis yang menyertainya. Dibintangi oleh Adhisty Zara sebagai Ranum dan Ratu Sofya sebagai Herlina, Munkar menawarkan kisah menyeramkan yang diadaptasi dari urban legend populer di Jawa Timur.

Alur Film

Film Munkar dimulai dengan latar sebuah pesantren tradisional di pedalaman Jawa Timur. Pesantren ini yang dipimpin oleh Kyai Darroes (diperankan oleh Tio Pakusadewo) dikenal sebagai tempat yang religius dan damai. Para santri dan santriwati menjalani kehidupan sederhana, belajar ilmu agama, dan menjalankan kewajiban harian mereka. Namun di balik kedamaian ini terdapat konflik tersembunyi di antara para santriwati.

Herlina (Ratu Sofya) seorang santriwati pendiam dan penuh pengabdian, sering menjadi korban perundungan oleh teman-temannya. Robiatul (Saskia Chadwick) sebagai pemimpin kelompok para pengganggu bersama dua sahabatnya bernama Siti (Kaneishia Yusuf) dan Dilla (Khadijah Aruma) sering mempermalukan dan menyiksa Herlina. Alasannya sepele karena Herlina dianggap berbeda, lebih suka menyendiri, dan tidak mengikuti pola sosial yang mereka anggap normal.

Masalah besar muncul ketika Ummi Yayu (Elma Theana) istri kyai kehilangan cincin kesayangannya. Setelah dilakukan penggeledahan, cincin itu ditemukan di tas Herlina. Temuan ini memperkuat anggapan bahwa Herlina adalah pencuri. Meski Herlina bersumpah dia tidak bersalah, tidak ada yang mempercayainya bahkan para guru dan pemimpin pesantren sekali pun.

Dalam tekanan dan rasa malu, Herlina semakin terisolasi. Perundungan yang dia alami menjadi semakin parah dan teman-temannya mulai menggunakan insiden ini sebagai alasan untuk menghukumnya lebih keras. Mereka mendorongnya ke batas emosional tanpa menyadari konsekuensi tragis yang akan mereka hadapi.

Ketika Herlina merasa tidak memiliki jalan keluar, dia memutuskan untuk melarikan diri dari pesantren. Namun di tengah pelariannya, dia mengalami kecelakaan tragis di dekat sungai yang berujung pada kematiannya. Jenazah Herlina ditemukan oleh penduduk setempat dan segera dikembalikan kepada keluarganya.

Orang tua Herlina yang hancur terutama ibunya Dewi (Vonny Anggraini), tidak dapat menerima kenyataan bahwa putri mereka meninggal dengan cara yang mengenaskan. Dalam keputusasaan, mereka membawa jenazah Herlina kepada seorang dukun bernama Sapto (Santana Sartana) yang dikenal mampu menghidupkan kembali orang mati melalui ritual mistis.

Namun ritual ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Alih-alih mengembalikan Herlina seperti sediakala, ritual tersebut membangkitkan arwah Herlina dengan tujuan membalas dendam.

Setelah pemakaman Herlina, suasana pesantren mulai berubah. Para santriwati terutama Robiatul, Siti, dan Dilla mulai merasakan kehadiran sesuatu yang tidak wajar. Mereka mengalami kejadian-kejadian aneh seperti bayangan yang bergerak di malam hari, suara tangisan, dan benda-benda yang bergerak sendiri.

Robiatul yang paling sering memimpin perundungan terhadap Herlina menjadi target utama. Suatu malam dia terbangun oleh suara langkah kaki di kamarnya. Saat dia menoleh, dia melihat bayangan Herlina berdiri di sudut ruangan dengan mata penuh amarah. Robiatul mencoba berteriak, tetapi tidak ada suara yang keluar.

Siti dan Dilla juga mengalami mimpi buruk yang sama. Dalam mimpi mereka Herlina muncul dengan tubuh yang rusak akibat kecelakaan, menyalahkan mereka atas kematiannya. Rasa takut mulai menguasai mereka dan hubungan persahabatan mereka mulai retak karena saling menyalahkan.

Kyai Darroes dan para pengurus pesantren termasuk Ustad Ghani (Miqdad Addausy) mencoba mencari tahu penyebab dari kejadian-kejadian aneh ini. Mereka memanggil seorang ahli spiritual bernama Jaffar (Husein Alatas) untuk menyelidiki. Jaffar mengungkapkan bahwa arwah Herlina tidak akan tenang sampai dia mendapatkan keadilan.

Sementara itu santriwati lainnya mulai ketakutan dan memutuskan untuk meninggalkan pesantren. Robiatul, Siti, dan Dilla menjadi semakin terisolasi. Mereka mulai mengingat kembali perlakuan buruk mereka terhadap Herlina dan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan telah memicu malapetaka ini.

Pada puncak cerita, Robiatul mencoba meminta maaf kepada arwah Herlina di tempat dia meninggal. Namun permintaan maaf itu tidak cukup. Herlina menginginkan mereka merasakan penderitaan yang sama seperti yang dia alami. Dalam konfrontasi terakhir, Jaffar dan Kyai Darroes memimpin sebuah ritual untuk menenangkan arwah Herlina dan membebaskannya dari dendam.

Namun ritual ini tidak berjalan lancar. Herlina menyerang mereka yang terlibat dalam perundungan, menyebabkan ketegangan tinggi dan korban jiwa. Pada akhirnya Ustad Ghani berhasil menyelesaikan ritual dengan bantuan Dewi yakni ibu Herlina, yang memohon maaf atas nama semua orang.

Setelah arwah Herlina tenang, pesantren kembali normal tetapi luka dari tragedi ini masih terasa. Para santriwati yang tersisa belajar untuk memperbaiki sikap mereka dan membangun hubungan yang lebih baik satu sama lain.

Film ini berakhir dengan adegan Kyai Darroes memberikan ceramah kepada para santri tentang pentingnya menghormati satu sama lain dan dampak buruk dari perundungan. Pesantren itu melanjutkan kegiatannya, tetapi trauma dari kejadian tersebut menjadi pengingat abadi bagi semua orang di sana.

Pesan

Munkar bukan hanya sekadar film horor tetapi juga sebuah kritik sosial terhadap perundungan, khususnya di lingkungan pendidikan. Film ini menyoroti bagaimana perilaku buruk dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan, baik bagi korban maupun pelaku.

Melalui alur cerita yang mencekam, Munkar mengajak penonton untuk merenungkan pentingnya empati, keadilan, dan tanggung jawab atas tindakan kita terhadap orang lain. Film ini juga mengingatkan bahwa dendam tidak pernah membawa kedamaian, baik bagi yang hidup maupun yang sudah tiada.

Dengan sinematografi yang kuat, akting yang memukau, dan alur cerita yang penuh ketegangan, Munkar berhasil menjadi salah satu film horor terbaik di Indonesia pada tahun 2024.

Kesimpulan

Munkar menyoroti dampak buruk perundungan dan pentingnya empati serta keadilan dalam lingkungan sosial. Film ini mengingatkan bahwa tindakan kejam terhadap sesama dapat berujung pada konsekuensi yang mengerikan, baik di dunia nyata maupun dalam bentuk balas dendam supranatural.