5 mins read

Sinopsis Ben & Jody, Pertaruhan Hidup Dan Mati Demi Merebut Kembali Tanah Yang Sudah Di Rampas

Poster film Ben & Jody. Doc. Acn

Rio Dewanto dan Chicco Jerikho kembali hadir menyapa para penggemar melalui film aksi berjudul Ben & Jody. Kedua tokoh ini sebelumnya dikenal sebagai karakter utama dalam Filosofi Kopi yang diadaptasi dari cerpen karya Dee Lestari. Film Ben & Jody memiliki hubungan dengan film pendahulunya. Film ini menjadi karya pembuka Visinema di tahun 2022 dengan pendekatan yang berbeda dari dua film sebelumnya, beralih dari drama ke genre aksi yang menegangkan.

Film ini menampilkan jajaran aktor ternama seperti Rio Dewanto, Chicco Jerikho, Hana Malasan, Yayan Ruhian, Reza Hilman, Aghniny Haque, dan Muzakki Ramdhan. Mengangkat tema konflik agraria, ceritanya dipenuhi aksi laga yang mendebarkan. Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko.

Film Ben & Jody menghadirkan petualangan baru dengan genre aksi yang penuh ketegangan. Kali ini kedua karakter utama harus menghadapi situasi hidup dan mati yang jauh melampaui apa yang pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Alur Film

Film Ben & Jody menceritakan perjuangan Ben yang aktif memprotes perusahaan kelapa sawit yang menggusur tanah warga desa. Namun saat terlibat dalam aksi demonstrasi bersama para petani, Ben dan kelompoknya tiba-tiba ditangkap oleh sekelompok orang tak dikenal. Sementara itu, Jody yang terpisah dari Ben merasa gelisah karena tidak mendapat kabar dari sahabatnya. Saat Ben tidak muncul, Jody memutuskan untuk menuju ke ladang dan mengikuti dua orang yang dia yakini sebagai penyekap Ben. Berdasarkan rekaman video di ponsel Ben yang terjatuh di tengah jalan, Jody pun akhirnya dibawa ke tempat di mana Ben dan lainnya disekap. Seluruh warga termasuk Ben, disekap oleh sekelompok orang bersenjata dan dipaksa berjalan di tengah hutan.

Jody justru sibuk membela para petani yang tanahnya dirampas oleh perusahaan besar. Bersama beberapa warga desa, dia berjuang melawan komplotan pembalak liar yang dipimpin oleh Aa Tubir (Yayan Ruhian) untuk merebut kembali hak atas lahan mereka. Sementara itu Ben sedang mempersiapkan peluncuran konsep baru Filosofi Kopi dan berharap Jody hadir dalam acara tersebut. Namun Jody tak kunjung datang, mendorong Ben untuk mencari keberadaan sahabatnya. Ben harus ikut membela kelompok petani yang lahannya diseroboti perusahaan.

Sekelompok pembalak liar yang menjadi ancaman bagi Ben dan Jody dipimpin oleh sosok tangguh bernama Aa Tubir. Karakter ini dibawakan dengan sangat baik oleh Yayan Ruhian yaitu aktor laga ternama Indonesia. Sebagai pemimpin kelompok pembalak liar, Tubir digambarkan sebagai sosok yang kejam dan tak segan menyerang siapa saja yang mencoba menghalangi rencananya.

Jody menyarankan untuk menyogok pemimpin penjaga yang bernama Tubir dengan membuatkan kopi yang enak, namun seorang warga bernama Hamid memberikan ide lain. Dia menyarankan agar Ben dan Jody menyelinap keluar melalui celah di kandang mereka saat para penjaga sedang asyik menonton televisi. Namun situasi berubah dramatis ketika seorang penjaga menembak dada Jody, hampir membuatnya tewas jika bukan karena bantuan pengobatan dari Mak Lis seorang warga desa. Awalnya warga kampung menganggap Ben dan Jody sebagai pengintai namun Ben menyebutkan nama Hamid, ayah dari penjaga kampung, serta nama Rinjani dan Tambora yang sudah hilang selama enam bulan. Mereka pun merencanakan untuk menyusup ke tempat penyekapan, membunuh para penjaga, dan membebaskan yang terkurung. Dalam misi ini, Jago dan Musang juga turut bergabung.

Selain Yayan Ruhian, film ini juga menghadirkan Bebeto Leutualy sebagai Encek, Fariz Alfarizi sebagai Getem, Ari Lesmana sebagai Gele, dan Ricky Saldian sebagai Pencor. Kelima karakter ini membentuk kelompok pembalak liar yang tanpa ampun berusaha merebut tanah para petani di Desa Wanareja, menjadikan mereka ancaman utama dalam perjuangan Ben & Jody.

Selain itu, ada Hana Malasan sebagai Rinjani, Aghniny Haque sebagai Tambora, Reza Hilman sebagai Jago, dan Muzakki Ramdhan sebagai Musang. Keempat karakter ini merupakan bagian dari kelompok masyarakat adat yang bersatu dengan Ben & Jody untuk menghadapi kelompok pembalak liar, memperkuat perjuangan mereka dalam mempertahankan tanah desa. Akhirnya pertemuan antara Ben & Jody dengan kelompok kampung adat memberikan mereka peluang baru untuk kembali melawan.

Saat mereka mendekati zona, Tambora dan Musang berhasil membunuh beberapa penjaga. Begitu memasuki area tersebut, mereka melanjutkan perlawanan dan menewaskan beberapa penjaga lainnya, menyisakan dua orang yang sedang tidur. Mereka berhasil membebaskan warga, namun saat melarikan diri menggunakan truk, kedua penjaga yang tertidur terbangun. Jody tertinggal sehingga Ben mempercayakan seorang warga untuk mengemudikan truk, sementara dia kembali ke zona tersebut. Di sana Ben, Jody, Rinjani, dan Tambora berhasil mengalahkan para penjaga dan akhirnya mengalahkan Tubir. Setelah itu Hasan muncul dan mengungkapkan bahwa dia adalah otak di balik semuanya. Dia beralih pihak karena merasa pihak lawan lebih mudah. Hasan kemudian menembak Ben, tetapi Jody berhasil membunuhnya dengan pisau. Mereka segera melarikan diri menggunakan truk karena Ben mengalami pendarahan. Beruntung mereka berhasil sampai ke kecamatan terdekat di mana Ben dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kesimpulan

Film Ben & Jody turut menyoroti isu yang kerap terjadi dalam kehidupan nyata khususnya di daerah pedesaan tentang perjuangan masyarakat dalam mempertahankan tanah mereka dari ancaman kehilangan akibat ketidakadilan.