
Thunderbolts* (2025)
Sinopsis Film Action Terbaik Thunderbolts* (2025)
Tim Thunderbolts tidak diciptakan untuk misi bunuh diri penyelamatan dunia. Mereka bukan “penyelamat dunia” biasa, melainkan individu yang ingin sembuh dari luka batin. Empati mendorong mereka membantu sesama yang mengalami hal serupa. Inilah keunikan mereka.
Yelena Belova (Florence Pugh) menjalani rutinitas tanpa semangat pasca kematian Natasha Romanoff (Scarlett Johansson). Sebagai agen Valentina (Julia Louis-Dreyfus), “rutinitas” Yelena melibatkan spionase dan meninggalkan banyak mayat. Yelena kehilangan tujuan dan dihantui dosa masa lalu. Keadaan serupa dialami Alexei Shostakov/Red Guardian (David Harbour), John Walker/US Agent (Wyatt Russell), Ava Starr/Ghost (Hannah John-Kamen), dan Bob (Lewis Pullman). Bucky Barnes (Sebastian Stan), kini anggota kongres, punya masalah sendiri. Tak ada kabar Antonia Dreykov/Taskmaster (Olga Kurylenko).
Banyak nama di atas adalah karakter yang diberikan untuk mencapai target tanpa berpikir panjang. Thunderbolts bukan hanya superhero, melainkan kelompok orang yang mengakui kesalahan. Thunderbolts berkisah tentang individu dengan kehampaan di hati.
Alur Cerita Thunderbolts* (2025)
Naskah Eric Pearson dan Joanna Calo tak mengabaikan masalah kesehatan mental karakter—mereka bahkan menjadikannya materi komedi dengan hati-hati. Berdasarkan itu, narasi berbeda dari standar MCU terbentuk. Paruh pertama film fokus pada satu lokasi, minim aksi besar, membiarkan hubungan antar karakter dan penonton tumbuh alami.
Thunderbolts juga menghadirkan kesan realis dan humanis langka dalam MCU. Sutradara Jake Schreier menyadari pentingnya realisme dan memilih efek praktis dalam banyak adegan aksi. CGI digunakan seperlunya, seperti saat Sentry menunjukkan kekuatan pertamanya, meski kualitasnya tak konsisten.
Salah satu momen favorit saya adalah perdebatan emosional Yelena dan Alexei; adegan sederhana jauh dari plot blockbuster Marvel. Di ruang publik, keduanya bertukar rasa, sementara pejalan kaki berlalu lalang. Ini berbeda dari markas rahasia superhero. Yelena dan Alexei tak berbeda dari manusia biasa yang rapuh.
Jajaran pemain mendukung pendekatan humanis film, menjalin hubungan kuat yang terkadang menggelitik. Wyatt Russell dan Hannah John-Kamen menambah kompleksitas tokoh masing-masing, David Harbour menyeimbangkan komedi dan drama, dan Sebastian Stan tampil memukau sebagai Bucky Barnes. Namun, Florence Pugh bersinar paling terang, ironisnya menggunakan “kemanusiaan” sebagai dasar penampilannya.
Fakta menarik lain: anggota Thunderbolts lebih memilih menyelamatkan warga sipil daripada langsung menyerang sumber bahaya saat kekacauan muncul. Meski tak sempurna, kepahlawanan mereka tak diragukan.
Memang, penonton awam mungkin mengeluhkan babak ketiga, meski tak sepenuhnya salah. Thunderbolts secara tak sengaja menyisipkan momen intim ke dalam babak ketiga paling emosional dalam sejarah MCU.